Laman

Jumat, 06 April 2012


SIKAP’ LOE DAN GUE DI IBU’ KOTA JAKARTA


Pernahkan mendengar kata “kamu-kamu, aku-aku” atau kerennya “loe-loe, gue-gue”. Saya pribadi ketika saya baru pindah ke Ibu Kota ini, kata-kata itu baru saya ketahui. Penafsiran saya dari kata-kata itu adalah hidup di kota Jakarta memiliki urusan dan kepentingan masing-masing. Mungkin kata  lainya satu sama lain saling acuh tak acuh, tidak memperhatikan bagaimana keadaan disekitarnya. Intinya dari judul tersebut adalah, kurangnya kesadaran dan hilangnya sifat untuk bersosialisasi atau berbaur dengan lingkungan sekitar rumah ( tetangga). Kondisi ini sebenarnya bukan ada pada daerah ibu kota saja, daerah desapun juga ada yang tidak mengenal satu sama lain di lingkungan sekitarnya.
Setelah saya mengamati selama setahun, saya benar- benar baru merasakan keadaan yang sesungguhnya, baik dari lingkungan dirumah, di jalan raya atau transportasi umum bahwa sikap tersebut memang seperti itu adanya. Saya akan membandingkan bagaimana kondisi lingkungan sekitar saya, saat saya masih tinggal di Bali. Saya tinggal di bali, dimana berada pada lingkungan yang banyak tetangganya. Rumah saya berada dalam gang, kira-kira ada ada 6 kepala keluarga dan 1 tempat kost-kostan. Setiap pagi, siang dan sore gang dirumah tidak pernah sepi. Anak- anak kecil begitu asyiknya bermain dengan teman usia sebayanya. Disana begitu terlihat, kedekatan antara anak yang satu dan anak yang lainnya. Mereka seperti sedang bermain dengan saudaranya sendiri. Selain melihat kedekatan anak-anak itu, di gang tempat tinggal saya antara tetangga yang satu dan tetangga yang lainnya memiliki kedekatan yang baik. Satu gang tersebut mengetahui siapa saja yang bertempat tinggal disana dan siapa- siapa saja tetangga samping rumah mereka. Begitu bahagia jika kita bisa saling menganal antar tetangga. Banyak manfaat yang kita peroleh, misalnya saat kita mempunyai suatu acara, tetangga kita ikut datang untuk membantu, ada lagi  saat salah satu anggota keluarga kita sakit, dan saat itu di rumah kita sedang tidak ada siapa-siapa, kita bisa meminta bantuan dengan tetangga.
Senang dan bahagia jika kita bisa mengenal dan bersosialisasi dengan baik pada tetangga. Sekarang, saya akan membandingkan bagaimana kenyataan sesungguhnya yang saya alami di kota Jakarta. Rumah yang besar dan mewah, dimana tetangga sampingnya pun juga memiliki rumah yang sama mewah dan besar. Itu saya lihat di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (kawasan elite ).yang saya amati selama ini pemisah rumah yang satu dengan rumah lainnya dipisahkan oleh tembok yang tinggi, sepertinya untuk menyapa saja tak ada ruangnnya. Dari luar rumah tersebut begitu terlihat sepi, tak ada kehidupan apapun. Yang terlihat hanya rumah mewah yang tak berpenghuni.Kita dapat mengambil kesimpulan dari sekilas keadaan yang telah saya paparkan. Mungkin mereka tidak pernah mengenal siapa sajakah tetangga mereka, bagaimana keadaan tetangga mereka dan lain sebagainya. Tidak ada sosialisasi yang baik antara satu dan lainnya, sungguh ironis, saya begitu menyesal mengapa ini memang benar adanya. Sikap acuh tak acuh, individualisme begitu terasa dalam situasi tersebut. Kalau kita lihat dan pahami sebenarnya apa yang menyebabkan sosialisasi dan berbaur antar masyarakat atau dalam lingkungan sekitar begitu kurang ya?  Menurut analisa dan penafsiran saya, orang-orang di ibu kota begitu kurang untuk dapat besosialisasi dengan tetangga di karenakan mereka memiliki segudang pekerjaan yang begitu padat, tugas kantor yang menumpuk menuntut mereka untuk selalu berkutat dengan pekerjaan tersebut. Selain itu pengaruh globalisasi dan modernisasi. Tidak hanya kalangan orang tua, remaja pun juga belum begitu responsive untuk berbaur dengan lingkungan sekitar rumannya, karena asyik dengan kehidupan dan dunianya masing- masing sehingga untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang paling terdekat saja tidak bisa.
Padahal jika kita bisa bersosialisasi dan bertetangga secara baik, kita akan mendapatkan banyak keuntungan, selain yang saya uraikan secara singkat apa manfaat yang kita rasakan. Mungkin itu hanya sebagian manfaat yang akan kita rasakan.  Berikut beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan:
Ø  Saat kita punya hajatan,  tetangga bisa membantu.
Ø  Kalau tidak ada yang menggantar ke sekolah, tempat kerja, rumah sakit ada tetangga yang bisa dimintai bantuan.
Ø  Bisa di ajak olahraga pagi, mancing bersama.
Ø  Tempat berbagi apapun, bisa diajak sharing, berbagi makanan jika ada makanan yang lebih.
Ø  Bisa diajak belanja bersama, piknik bareng.
Ø  Gotong toyong membersihkan lingkungan sekitar, bisa menjaga keamanan atau ikut serta menjaga keamanan rumah satu sama lain.
Begitu menyenangkan jika kita bisa benar-benar bisa menikmati bagaimana kita dapat bertetetangga dan bersosialisasi dengan tetangga kita. Mulai saat ini hilangkan kata-kata dalam pikiran kita semua ‘loe-loe dan gue-gue’ ayoo hidup dengan penuh kebahagiaan bersama tetangga kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar