Laman

Selasa, 10 April 2012

EGOIS


"KEEGOISANKU MEMBAWA PERTENGKARAN"

Egois, mungkin itu kata yang tepat untuk saya. Saya menyadari akan keegoisan saya, mengakui bahwa itulah kekurangan diri saya. Egois merupakan sifat yang pasti ada dalam setiap jiwa manusia, namun kprosenyasenya berbeda-beda. Ada yang bisa mengontrol keegoisannya, ada yang benar-benar tidak bisa mengendalikannya. Egois adalah tingkah laku yang ingin mementingkan kehendak diri sendiri, mengutamakan apa yang kita inginkan.
Saya akan sedikit bercerita dengan pengalaman pribadi saya. Saya memiliki teman dekat seorang laki-laki. Kurang lebih kita sudah saling dekat 1 tahun 3 bulan. Cukup lama ya. Dia mengetahui semua sikap baik buruk saya. Kesukaan saya, apa yang tidak saya suka, hobi saya dan lain-lain. Dengan dialah saya bisa berbagi dengan setiap rutinitas yang saya jalani setiap harinya. Jadi apa hubungan dengan judul diatas? Keegoisan membawa pertengkaran? Banyak sekali hubungannya. Akan saya jelaskan satu-satu. Hari ini tepatnya sabtu, 07 april 2012. Pagi ini rutinitas pagi saya adalah kuliah. Saya akan mengikuti kuliah jam 09.30 WIB. Saya akan mengikuti praktikum Manajemen Keuangan. Praktikum ini selesai pukul 11.30, nah selesai praktikum ini saya berniat untuk bertemu dengan teman dekat saya ini (sidia), setelah mencoba untuk berkomunikasi dengan dia, dia menyatakan kesediaannya untuk bertemu saya setelah santap siang. Saya pun juga menyanggupinya, dan begitu senang bisa bertemu dengan teman dekat. Selang 20 menit menempuh perjalanan untuk bertemu, saya mencoba untuk meminggirkan kendaraan saya ketepi jalan. Saya mnecoba untuk menghubunginya kembali. Saya telepon hingga sekian kali, telepon saya tidak diangkat, tidak ada jawaban sama sekali. Ya Tuhan begitu kesal saja rasanya. Setelah mengetahui tidak ada jawaban sama sekali, saya memutuskan untuk pulang kerumah saja. Dengan hati yang sedikit kesal saya pergi kerumah. Ternyata sampai didepan gerbang rumah saya melihatnya, melihat dia dengan keadaan yang basah kuyup, dan badan yang kotor. Dia menegur saya, tapi saya hanya menegur dengan seadainya, dengan senyuman yang sedikit memaksa. Hati ini kenapa begitu kesal melihatnya.
Tuhan padahal ini hanya masalah yang begitu sepele, hanya masalah ketidakjelasaan keegoisan saya membutakan segalanya. Sampai masuk rumahpun saya masih begitu merasa kesal. Menaruh tas, mengganti pakaian masih saja saya merasakan kekesalan yang tak kunjung reda. Keegoisan ini begitu labil, kadang merasakan seperti ini tapi terkadang juga tidak merasakannya, malahan saya merasa bersikap acuh tak acuh saja. Setelah duduk sendirian di depan layar laptop, hati ini sedikit begitu tenang. Rasa amarahpun mulai mereda. Selang beberpa menit saya mengintrospeksi kesalahan apa yang telah saya lakukan tadi kepada dia. Saya mencari apa yang telah saya lakukan. Saya sadar seharusnya saya tidak melakukan hal seperti itu, salah, salah besar apa yang telah saya lakukan. Seharusnya saya lebih bisa mengendalikan amarah saya. Saya bisa berfikir lebih positif dan tenag dengan apa yang terjadi.
Saya mengakui kesalahan saya, kejadian ini membuat hubungan saya dengannya menjadi tidak baik perselisihanpun terjadi. Sebenarnya kejadian seperti ini begitu sering terulang, saya terlalu sering menyinggung, tidak menghargai, dan tidak pernah mengerti bagaimana kondisinya dia. Sebagai seorang perempuan yang akan selalu timbuh menjadi bijaksana dan dewasa, saya bisa mengubah pola piker yang sempit ini, menjadi pola piker yang lebih cerdas dan arif.
Tak lama kemudian dia menelpon saya untuk meminta kejelasan. Ya, saya mengakui kesalahan saya. Saya berkata kepada di: “ ade (panggilan dia untuk saya) memang salah abang, ade mengakui ade tidak pernah mengerti keadaan abang, tapi ade engga tau kenapa tiba-tiba ade begitu kesal mengetahui ketidakjelasan kita untuk bertemu”. Dia pun menjawab apa yang saya tuangkan tadi, Abnag: “ ade itu kenapa?, abang jadi enggak ngerti dengan sikap ade yang seperti itu, tadi abang dipanggil senior abang, ada keperluan mendadak sebentar. Tadi abang dengar telepon ade, tapi abang nggak bisa angkat karena lagi sama senior”. Ya itulah sedikitnya apa yang telah dia bicarakan kepada saya. Saya malu dan menyesal dengan apa yang telah saya lakukan dan perbuat kepada dia. Maafkan saya abang, saya kan mencoba untuk tidak mengulangi itu lagi, dan lebih bisa mengendalikan rasa egois ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar