Laman

Rabu, 18 April 2012

AYAH DAN IBU


Ibu dan Ayah” Dua Hal yang Tidak Dapat Dipisahkan



Inilah Ayah dan Ibu saya, mereka adalah dua hal yang bagi saya tidak dapat dipisahkan. Hingga usia yang akan genap memasuki 20 tahun, Ayah dan Ibu tetap selalu memberikan pendidikan dan nasehat untuk saya. Kenapa bagi saya mereka dikatakan dua hal yang tak dapat dipisahkan? Saya akan mencoba menjelasakan semuanya.
Ibu bercerita kepada ku,  aku di lahirkan di pulau Bali, tepat pada tanggal 13 mei 1992. Ibu melahirkanku bukan dengan normal, melainkan dengan operasi atau (sesar). Tak bisa dibayangkan bagaimana Ibu menahan rasa sakit itu. Ibu tidak dapat melahirkan secara normal dikarenakan posisiku yang salah. Aku dalam keadaan sungsang, posisi dimana bayi di dalam rahim berada dengan kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal. Mungkin pada saat itu Ibu benar-benar takut dan khawatir dengan harus melahirkan secara operasi.
Jika ibuku harus berjuang untuk melahirkanku. Lain lagi dengan bagaimana cerita ayahku. Ayah pernah bercerita kepadaku, pada saat ibu akan melahirkan, ayah harus memberikan uang muka kepada pihak rumah sakit agar ibu bisa mendapatkan tindakan. Tapi sayangnya, keadaan sangat tindak mendukung. Ayah ternyata tidak membawa uang yang cukup untuk memberikan uang muka, Ayah pun bingung apa yang harus dilakukannya. Uang yang tersisa di dompet saat itu hanya 50 ribu rupiah. Akhirnya Ayahpun memutuskan untuk mengadaikan jam tangan dan memberikan KTP nya. Ayah berjanji bergegas ke bank untuk mendapatkan uang secepatnya.Sedih dan terharu, itulah yang aku rasakan saat Ayah dan Ibu bercerita bagaimana perjuangan mereka saat kelahiranku (anak pertama). Segala cara akan dilakukan oleh Ayah untuk mendapatkan uang tersebut dan Ibu berjuang dengan sekuat tenaganya untuk melahirkan ku. Sungguh besar dan mulia semua jasa Ayah dan Ibu, sampai menutup matakupun tak mungkin mampu terbalaskan semuanya.
Setalah usiaku memasuki 4-5 tahun, akun sedikit teringat, aku diajak berjalan-jalan ke kebun raya di bedugul. Bermain–main bola, berfoto bersama ayah dan Ibu. Aku juga teringat diajaknya pergi ke Istana Kepresidenan di tampaksiring Bali. Namun aku tak ingat apa saja yang aku lakukan disana, aku hanya mendengar cerita itu dari Ayahku.
Dan ketika sudah memasuki usia sekolah SD ( sekolah dasar),aku ingat betul Ibuku mengajariku untuk mulai berbenah rumah, seperti mengepel, menyapu dan lain-lain. Yang jelas Ayah dan Ibu mulai memberikan aku kewajiban-kewajiban yang harus aku kerjakan. Yang tadinya semua tugas itu masih dikerjakan oleh Ayah dan Ibu, tapi pada saat aku memasuki sekolah SD kelas 6 aku telah diberikan semua tanggung jawab itu. Ayah dan Ibu sampai membuatkanku jadwal tugas-tugasku setiap harinya. Mereka melakukan itu karena aku terkadang malas, tidak menyelesaikan semua tanggung jawab.


Setelah sering melakukan itu, hingga aku memasuki pendidikan SMA aku mulai merasakan manfaat dari apa yang telah aku lakukan terdahulu. Memang Ayah dan Ibu begitu keras mendidikku. Kalau memang aku salah, aku pasti akan dimarahi. Ayah dan Ibu begitu tegas dalam memberikan aku tindakan, terkadang aku pasti berbicara dalam hati, mengoceh sendiri, menyatakan kalau Ayah dan Ibu tidak menyayangiku. Semua itu salah setelah aku mulai beranjak memasuki pendidikan kuliah. Kemadirian dan disiplin yang diajarkan oleh Ayah Ibu sangat berguna.Kini aku mengerti, semua yang telah Ayah dan Ibu lakukan dan mengajari padaku tak ada kata sia-sia. Ibu dan Ayah memang dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan. Jika antara Ibu dan  Ayah tidak mendukung mungkin aku tidak akan menjadi anak yang mandiri, tidak akan menjadi anak yang menyayangi Ayah, Ibu dan keluargan. Terimakasih Ayah dan Ibuku atas semua yang telah kau berikan  hingga aku sebesar ini. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan. Sayangilah orangtuamu, Cintailah meraka, dan Doakanlah mereka selalu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar