UPACARA NGABEN
Pulau
Dewata, sebutan untuk pulau kecil yaitu Bali. Pulau yang begitu kaya akan tradisi
adat istiadatnya, keunikan budayanya, kerajinannya, keindahan alam dan
keramahan setiap warganya. Salah satu hal yang begitu menarik adalah upacara kematian,
atau yang disebut Ngaben.
Ngaben dapat Kita
didefinisikan sebagai upacara pembakaran mayat, walaupun dari asal-usul
etimologi, itu kurang tepat. Sebab ada tradisi ngaben yang tidak melalui
pembakaran mayat. Dari beberapa sumber referensi yang pernah saya ketahui, kata Ngaben sesungguhnya berasal dari kata beya artinya biaya atau
bekal, Demikian juga di Batak kita dengar dengan sebutan tibal untuk
menyebutkan upacara setelah kematian itu.
Ngaben merupakan upacara adat yang merupakan tradisi yang selalu dijalankan masyarakat Bali, terkecuali masyarakat yang berada di Desa Tenganan, yang hanya meletakkan mayatnya diatas tanah.. Mungkin tidak semua warga Bali yang mampu untuk melaksanakan upacara ini. Dapat dikatakan, untuk melaksanakan upacara pengabenan ini, memang dibutuhkan dana yang cukup besar. Rakyat Bali yang tidak dapat melakukan rangkaian upacara pengabenan, biasanya disaat ada anggota keluarga yang mennggal, jasadnya tidak langsung dibakar, ada juga yang dikubur hingga lebih kurang 5 atau 10 tahun, jadi setelah waktu itu, keluarga dapat melakukan upacara pengabenan. Ada juga yang melaksanakan upacara ngaben secara bersama-sama atau yang biasa disebut ngaben masal. Ngaben ini biasanya akan dilakukan dalam satu desa. Ngaben masal, diadakan lebih kurang 1 atau 2 tahun sekali. Dalam tulisan ini saya akan mencoba mengulas beberapa tahapan- tahapan yang dilakukan saat upcara pengabenan antara lain;
Ngaben merupakan upacara adat yang merupakan tradisi yang selalu dijalankan masyarakat Bali, terkecuali masyarakat yang berada di Desa Tenganan, yang hanya meletakkan mayatnya diatas tanah.. Mungkin tidak semua warga Bali yang mampu untuk melaksanakan upacara ini. Dapat dikatakan, untuk melaksanakan upacara pengabenan ini, memang dibutuhkan dana yang cukup besar. Rakyat Bali yang tidak dapat melakukan rangkaian upacara pengabenan, biasanya disaat ada anggota keluarga yang mennggal, jasadnya tidak langsung dibakar, ada juga yang dikubur hingga lebih kurang 5 atau 10 tahun, jadi setelah waktu itu, keluarga dapat melakukan upacara pengabenan. Ada juga yang melaksanakan upacara ngaben secara bersama-sama atau yang biasa disebut ngaben masal. Ngaben ini biasanya akan dilakukan dalam satu desa. Ngaben masal, diadakan lebih kurang 1 atau 2 tahun sekali. Dalam tulisan ini saya akan mencoba mengulas beberapa tahapan- tahapan yang dilakukan saat upcara pengabenan antara lain;
·
Ada yang namanya dalam bahasa bali di sebut Ngulapin, artinya pihak keluarga melakukan ritual
permohonan ijin dan restu kepada Dewi Durga yang merupakan sakti dari Dewa
Siwa. Upacar ini dilakukan di Pura Dalem.
·
Selanjutnya ada upacara Memungkah, pihak leluarga mempersiapkan simbolis raga yang terbuat
dari kayu ( biasanya kayu cendana), tetapi persiapan ini tidak perlu dilakukan
bagi jasad yang baru. Upacara ini dilakukan di kuburan desa.
·
Setelah itu ada upacara Meseh Lawang, yang tujuannya adalah untuk memulihkan cacat atau
kerusakan jasad yang dilakukan secara simbolis. Upacara ini dilakukan pada
catus pata atau di bibir( cangkem) kuburan.
·
Selanjutnya upacara Mesiram atau Mabersih, ini dapat dilakukan di rumah duka atau di
kuburan. Upacara ini adalah tahap memandikan jasad, yang terkadang hanya berupa
tulang belulang.
·
Tahap berikutnya upacara Ngaskara, yaitu upacara penyucian jiwa tahap awal.
·
Narpana
yaitu upacara memepersembahkan sesajen atau bebanten( persembahan) kepada jiwa
yang telah meninggal.
·
Ngeseng Sawa,
ialah upacara yang mungkin memang menjadi banyak tontonan masyarakat atau
wisatawan asing yang belibur, yang merupakan puncak atau inti dari upacara
pengabenan yang merupakan upacara pembakaran jasad, dimana jasad yang akan di
bakar diletakkan didalam sebuh replika Lembu.
·
Yang terakhir adalah Nganyut, ialah upacara tahap terakhir. Setelah jasad dibakar. Sisa-
sisa tulang dan abu jasad dikumpulkan. Yang mana pada upacara ini akan
menghanyutkan abu jasad ke laut, sebagai simbolis pengembalian unsur air dan
bersatunya kembali sang jiwa dengan alam.
Upacara ngaben,
juga di tentukan hari baiknya. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan upacara
pengabenan. Jika pada suatu desa keluarga duka, di pura- puranya sedang
terdapat melaksanakan upacara piodalan (hari raya) maka dalam waktu dekat
keluarga tersebut tidak dapat melakukan upacara pengabenan. Upacara pengabenan
baru dapat dilakukan saat upacara di desa tersebut sudah benar selesai. Contoh saja
pengalaman pribadi saya, semasih saya SMA saya dan keluarga besar kehilangan
Nenek ( Ibu, dari Ayah Saya). Dan pada saat kematianya, di desa kami sedang
memiliki upacara besar, sehingga rencana upacara penngabenan nenek saya di
tunda hingga waktu lebih kurang dua bulan. Jadi jasad nenek saya, disemayamkan
selama dua bulan dirumah duka.
Demikian penjelasan secara singkat tentang apa
itu ngaben dan bagaimana prosesi upacaranya. Orang Hindu di Bali percaya bahwa Status
kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat dengan karma
dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya. semoga tulisan ini menambah wawasan dan pengetahuan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar