“Kondisi Pendidikan di
Indonesia”
( Momok Ujian Nasional)
Siswa
Sekolah Menengah Atas dan sederajat bisa bernafas lebih lega, karena mereka
telah menyelesaikan kewajibannya, yaitu mengikuti ujian nasional. Namun mereka
tidak boleh terlalu senang, karena masih belum tau pasti apakah mereka lulus
atau tidak lulus.
Minggu
ini, tepatnya 23 april 2012, giliran siswa sekolah menengah pertama (SMP) yang
menjalani ujian nasional. Baik ujian nasional SMA dan SMP, tahun ini akan lebih
menantang, karena paket soal yang
berbeda-beda. Sehingga kesempatan menyontek pun sangat kecil.
Disisi
lain, tidak semua siswa SMAdan SMP beruntung mingikuti ujiannya didalam kelas
yang nyaman. Banyak siswa SMP maupun SMA yang harus mengikuti ujiannya di sel
tahanan, dirumah sakit. Ada juga, siswa SMP yang harus mengikuti ujian nasional
dalam kondisi hamil 8 bulan. Menyedihkan bukan jika kita lihat bagaimana
kondisi ini semua? Mereka yang seharusnya mengikuti ujian nasional didalam
kelas bersama teman-temanya, tetapi mereka harus mengikuti ujian nasional di
bukan tempatnya.
Kondisi ini mencerminkan bagaimana tingkat
kriminalitas di usia remaja yang begitu tinggi. Jika kita telusuri umur mereka
masih dibawah umur, belum genap 17 tahun. Pergaulan seks bebas yang begitu
blak-blakan, sehingga ada siswa yang harus menjalani ujian dengan kondisi
mengandung. Rata- rata mereka yang mengerjakan ujian nasional didalam sel
tahanan, akibat keikutsertaan mereka dalam geng motor, ada juga yang mencuri,
dan atau tindakan kriminal lainnya. Selain kondisi yang dihadapi siswa-siswi
Indonesia dalam menghadapi ujian nasionalnya, ada rasa takut masih menghantui
mereka semua. Kekhawatiran yang berlebihan juga pasti melanda. Namun ironisnya,
mereka setelah selesai mengikuti ujian nasional, mereka melakukan hal yang
tidak mencerminkan sebagai seorang siswa. Saat saya pulang kuliah saya melihat
anak-anak sma ramai berkumpul. Tepatnya didaerah halte Universitas Indonesia. Baik
siswa laki-laki atau siswa perempuan mereka melakukan coret-coret baju. Bajunya
full dengan coret-coretan. Mereka semua mengambil perhatian orang-orang
dijalan, semua pengendara melihat
aksi mereka.
Tidak
seharusnya mereka melakukan hal seperti itu. Mereka sebaiknya bisa melakukan
hal-hal yang lebih positif dan bermanfaat. Tidak hanya para siswa, pihak
sekolah juga harus bisa melakukan peran aktif dalam mengatasi hal ini. Pihak sekolah
bisa melakukan festival music, mengumpulkan seragam-seragam mereka untuk
disumbangkan, atau melakukan doa bersama. Dengan ada kegiatan yang positif bisa
memperkecil aksi coret-coret dan kampanye motor dijalan.
Momok
yang paling menakutkan lagi adalah disaat
mereka menunggu pengumuman kelulusan. Ada yang senang dan pasti ada yang
sedih. Suasana gembira tertawa akan terlihat pada siswa yang lulus mengikuti
ujian nasional, sedih, menagis histeris itu akan kita lihat jika ada siswa-
siswi yang tidak lulus ujian nasional. Mereka berteriak- teriak histeris
mengetahui kenyataan pahit itu. Mereka merasa
telah berusaha semaksimal mungkin saat mengikuti ujian nasional, tapi hasilnya
ternyata tidak seperti yang mereka inginkan.Pengumuman kelulusan sangat membawa
dampak yang negative bagi siswa yang tidak lulus mengikuti ujian. Mereka ada
yang sampai berusah bunuh diri, meminum racun, memanjat ke atas tower, hingga
mengalami depresi dan stess. Sangat menyedihkan bila melihat kenyataan ini. Siswa
yang mengikuti ujian nasional bukan ditempatnya dalam arti disel tahanan, di
rumah sakit, dalam kondisi mengandung, melakukan
aksi – aksi yang brutal seperti berkampanye dijalan, corat-coret baju, dan
melakukan tindakan bunuh diri dan mengalami depresi saat mengetahui hasil ujian
mereka.
Semoga
di tahun ini, semua siswa Indonesia, mulai dari
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) bisa lulus 100%, sehingga tidak terjadi hal- hal yang tidak kita inginkkan. Maju terus pendidikan Indonesia.