“Ibu dan Ayah” Dua Hal yang Tidak Dapat
Dipisahkan
Inilah Ayah dan Ibu saya, mereka adalah dua hal yang bagi saya tidak dapat dipisahkan. Hingga usia yang akan genap memasuki 20 tahun, Ayah dan Ibu tetap selalu memberikan pendidikan dan nasehat untuk saya. Kenapa bagi saya mereka dikatakan dua hal yang tak dapat dipisahkan? Saya akan mencoba menjelasakan semuanya.
Ibu
bercerita kepada ku, aku di lahirkan di
pulau Bali, tepat pada tanggal 13 mei 1992. Ibu melahirkanku bukan dengan
normal, melainkan dengan operasi atau (sesar). Tak bisa dibayangkan bagaimana
Ibu menahan rasa sakit itu. Ibu tidak dapat melahirkan secara normal
dikarenakan posisiku yang salah. Aku dalam keadaan sungsang, posisi dimana bayi di dalam rahim berada dengan kepala di atas sehingga
pada saat persalinan normal, pantat atau
kaki si bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala pada
posisi normal. Mungkin pada saat itu Ibu benar-benar takut dan khawatir dengan
harus melahirkan secara operasi.
Jika ibuku harus berjuang untuk
melahirkanku. Lain lagi dengan bagaimana cerita ayahku. Ayah pernah bercerita
kepadaku, pada saat ibu akan melahirkan, ayah harus memberikan uang muka kepada
pihak rumah sakit agar ibu bisa mendapatkan tindakan. Tapi sayangnya, keadaan
sangat tindak mendukung. Ayah ternyata tidak membawa uang yang cukup untuk
memberikan uang muka, Ayah pun bingung apa yang harus dilakukannya. Uang yang
tersisa di dompet saat itu hanya 50 ribu rupiah. Akhirnya Ayahpun memutuskan
untuk mengadaikan jam tangan dan memberikan KTP nya. Ayah berjanji bergegas ke
bank untuk mendapatkan uang secepatnya.Sedih dan terharu, itulah yang aku
rasakan saat Ayah dan Ibu bercerita bagaimana perjuangan mereka saat
kelahiranku (anak pertama). Segala cara akan dilakukan oleh Ayah untuk
mendapatkan uang tersebut dan Ibu berjuang dengan sekuat tenaganya untuk
melahirkan ku. Sungguh besar dan mulia semua jasa Ayah dan Ibu, sampai menutup
matakupun tak mungkin mampu terbalaskan semuanya.
Setalah usiaku memasuki 4-5 tahun,
akun sedikit teringat, aku diajak berjalan-jalan ke kebun raya di bedugul.
Bermain–main bola, berfoto bersama ayah dan Ibu. Aku juga teringat diajaknya
pergi ke Istana Kepresidenan di tampaksiring Bali. Namun aku tak ingat apa saja
yang aku lakukan disana, aku hanya mendengar cerita itu dari Ayahku.
Dan ketika sudah memasuki usia
sekolah SD ( sekolah dasar),aku ingat betul Ibuku mengajariku untuk mulai
berbenah rumah, seperti mengepel, menyapu dan lain-lain. Yang jelas Ayah dan
Ibu mulai memberikan aku kewajiban-kewajiban yang harus aku kerjakan. Yang
tadinya semua tugas itu masih dikerjakan oleh Ayah dan Ibu, tapi pada saat aku
memasuki sekolah SD kelas 6 aku telah diberikan semua tanggung jawab itu. Ayah
dan Ibu sampai membuatkanku jadwal tugas-tugasku setiap harinya. Mereka
melakukan itu karena aku terkadang malas, tidak menyelesaikan semua tanggung
jawab.
Setelah sering melakukan
itu, hingga aku memasuki pendidikan SMA aku mulai merasakan manfaat dari apa
yang telah aku lakukan terdahulu. Memang Ayah dan Ibu begitu keras mendidikku.
Kalau memang aku salah, aku pasti akan dimarahi. Ayah dan Ibu begitu tegas
dalam memberikan aku tindakan, terkadang aku pasti berbicara dalam hati,
mengoceh sendiri, menyatakan kalau Ayah dan Ibu tidak menyayangiku. Semua itu
salah setelah aku mulai beranjak memasuki pendidikan kuliah. Kemadirian dan
disiplin yang diajarkan oleh Ayah Ibu sangat berguna.Kini aku mengerti, semua
yang telah Ayah dan Ibu lakukan dan mengajari padaku tak ada kata sia-sia. Ibu
dan Ayah memang dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan. Jika antara Ibu
dan Ayah tidak mendukung mungkin aku tidak
akan menjadi anak yang mandiri, tidak akan menjadi anak yang menyayangi Ayah,
Ibu dan keluargan. Terimakasih Ayah dan Ibuku atas semua yang telah kau
berikan hingga aku sebesar ini. Semoga
Tuhan selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan. Sayangilah orangtuamu,
Cintailah meraka, dan Doakanlah mereka selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar