SIKAP’ LOE DAN GUE DI
IBU’ KOTA JAKARTA
Pernahkan
mendengar kata “kamu-kamu, aku-aku” atau kerennya “loe-loe, gue-gue”. Saya
pribadi ketika saya baru pindah ke Ibu Kota ini, kata-kata itu baru saya
ketahui. Penafsiran saya dari kata-kata itu adalah hidup di kota Jakarta
memiliki urusan dan kepentingan masing-masing. Mungkin kata lainya satu sama lain saling acuh tak acuh,
tidak memperhatikan bagaimana keadaan disekitarnya. Intinya
dari judul tersebut adalah, kurangnya kesadaran dan hilangnya sifat untuk
bersosialisasi atau berbaur dengan lingkungan sekitar rumah ( tetangga). Kondisi
ini sebenarnya bukan ada pada daerah ibu kota saja, daerah desapun juga ada
yang tidak mengenal satu sama lain di lingkungan sekitarnya.
Setelah
saya mengamati selama setahun, saya benar- benar baru merasakan keadaan yang
sesungguhnya, baik dari lingkungan dirumah, di jalan raya atau transportasi
umum bahwa sikap tersebut memang seperti itu adanya. Saya akan membandingkan
bagaimana kondisi lingkungan sekitar saya, saat saya masih tinggal di Bali.
Saya tinggal di bali, dimana berada pada lingkungan yang banyak tetangganya.
Rumah saya berada dalam gang, kira-kira ada ada 6 kepala keluarga dan 1 tempat
kost-kostan. Setiap pagi, siang dan sore gang dirumah tidak pernah sepi. Anak-
anak kecil begitu asyiknya bermain dengan teman usia sebayanya. Disana begitu
terlihat, kedekatan antara anak yang satu dan anak yang lainnya. Mereka seperti
sedang bermain dengan saudaranya sendiri. Selain melihat kedekatan anak-anak
itu, di gang tempat tinggal saya antara tetangga yang satu dan tetangga yang
lainnya memiliki kedekatan yang baik. Satu gang tersebut mengetahui siapa saja
yang bertempat tinggal disana dan siapa- siapa saja tetangga samping rumah
mereka. Begitu bahagia jika kita bisa saling menganal antar tetangga. Banyak
manfaat yang kita peroleh, misalnya saat kita mempunyai suatu acara, tetangga
kita ikut datang untuk membantu, ada lagi
saat salah satu anggota keluarga kita sakit, dan saat itu di rumah kita
sedang tidak ada siapa-siapa, kita bisa meminta bantuan dengan tetangga.
Senang
dan bahagia jika kita bisa mengenal dan bersosialisasi dengan baik pada
tetangga. Sekarang, saya akan membandingkan bagaimana kenyataan sesungguhnya
yang saya alami di kota Jakarta. Rumah yang besar dan mewah, dimana tetangga
sampingnya pun juga memiliki rumah yang sama mewah dan besar. Itu saya lihat di
daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (kawasan elite ).yang saya amati selama
ini pemisah rumah yang satu dengan rumah lainnya dipisahkan oleh tembok yang
tinggi, sepertinya untuk menyapa saja tak ada ruangnnya. Dari luar rumah
tersebut begitu terlihat sepi, tak ada kehidupan apapun. Yang terlihat hanya
rumah mewah yang tak berpenghuni.Kita dapat mengambil kesimpulan dari sekilas
keadaan yang telah saya paparkan. Mungkin mereka tidak pernah mengenal siapa
sajakah tetangga mereka, bagaimana keadaan tetangga mereka dan lain sebagainya.
Tidak ada sosialisasi yang baik antara satu dan lainnya, sungguh ironis, saya
begitu menyesal mengapa ini memang benar adanya. Sikap acuh tak acuh,
individualisme begitu terasa dalam situasi tersebut. Kalau kita lihat dan
pahami sebenarnya apa yang menyebabkan sosialisasi dan berbaur antar masyarakat
atau dalam lingkungan sekitar begitu kurang ya?
Menurut analisa dan penafsiran saya, orang-orang di ibu kota begitu kurang
untuk dapat besosialisasi dengan tetangga di karenakan mereka memiliki segudang
pekerjaan yang begitu padat, tugas kantor yang menumpuk menuntut mereka untuk
selalu berkutat dengan pekerjaan tersebut. Selain itu pengaruh globalisasi dan
modernisasi. Tidak hanya kalangan orang tua, remaja pun juga belum begitu responsive
untuk berbaur dengan lingkungan sekitar rumannya, karena asyik dengan kehidupan
dan dunianya masing- masing sehingga untuk bersosialisasi dengan lingkungan
yang paling terdekat saja tidak bisa.
Padahal
jika kita bisa bersosialisasi dan bertetangga secara baik, kita akan
mendapatkan banyak keuntungan, selain yang saya uraikan secara singkat apa
manfaat yang kita rasakan. Mungkin itu hanya sebagian manfaat yang akan kita
rasakan. Berikut beberapa manfaat yang
bisa kita dapatkan:
Ø
Saat kita punya hajatan, tetangga bisa membantu.
Ø
Kalau tidak ada yang menggantar ke sekolah,
tempat kerja, rumah sakit ada tetangga yang bisa dimintai bantuan.
Ø
Bisa di ajak olahraga pagi, mancing bersama.
Ø
Tempat berbagi apapun, bisa diajak sharing,
berbagi makanan jika ada makanan yang lebih.
Ø
Bisa diajak belanja bersama, piknik bareng.
Ø
Gotong toyong membersihkan lingkungan sekitar,
bisa menjaga keamanan atau ikut serta menjaga keamanan rumah satu sama lain.
Begitu
menyenangkan jika kita bisa benar-benar bisa menikmati bagaimana kita dapat
bertetetangga dan bersosialisasi dengan tetangga kita. Mulai saat ini hilangkan
kata-kata dalam pikiran kita semua ‘loe-loe dan gue-gue’ ayoo hidup dengan
penuh kebahagiaan bersama tetangga kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar